Archive for the ‘Renungan’ Category

Hubungan Bulan dan Mind Manusia

Sudah umum dan dianggap normal bagi kebanyakan orang bahwa Tuhan diidentikkan dengan cahaya. Tuhan, Dewa dipahami sebagai cahaya, sinar. Di sisi lain kegelapan biasanya diasosiasikan dengan Iblis, Setan, Bhuta atau apapun itu yang dianggap memiliki kekuatan negatif.

Tapi bagi orang Bali, bagi leluhur orang Bali tidak demikian. Bagi mereka gelap sama pentingnya dengan terang/cahaya/sinar. Dua hal ini, Gelap dan Terang saling melengkapi satu sama lain. (more…)

Jaman Kaliyuga Apa Itu?

Om Swastiastu:
Semoga Sang Penguasa semesta ini mengampuni segala keikhlapan saya, sebab saya menulis ini hanya atas dasar rasa keterpanggilan untuk ikut juga nimbrug pendapat tentang “JAMAN KALIYUGA”. Karena hampir setiap saat ada yang mendiskusikannya, dan tidak jarang pula ada yang menjadikan kambing hitam.

Misalnya; Seseorang melihat tingkah laku orang beda dengan jaman yang mereka alami terdahulu, maka mereka mengatakan “…yah sekarang jaman kali, memang begitu”. ada pula orang tua membiarkan prilaku anaknya yang sudah kelihatan menyimpang dari tatakrama sosial karena mereka menganggap jaman sekarang anak-anak harus begitu. saya punya teman yang pada mulanya dia sama sekali tidak bisa minum alkohol, dan sekarang mereka menjadi pemabuk berat. (more…)

Memaknai Nilai-Nilai Perayaan Pagerwesi

Hari Raya Pagerwesi jatuh pada hari Budha Kliwon Wuku Sinta, kata Pagerwesi dapat diartikan “Pagar dari Besi”. Hal ini melambangkan suatu perlindungan yang kuat, dimana segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi dan agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. Makna dari perayaan Pagerwesi adalah untuk mengingatkan kepada kita agar mampu untuk memagari jiwa dalam rangka penyucian diri. Jika jiwa/atman diibaratkan sebagai sang mentari yang bersinar memancarkan cahayanya dan awan gelap sebagai gangguan yang dapat menimbulkan kegelapan di dunia seolah mentari tidak bersinar lagi. Sesungguhnya sang mentari tidak pernah berhenti bersinar, adalah awidya/awan kegelapan yang menutup sinar mentari. Setelah awan gelap itu pergi maka semuanya akan terang kembali. Itulah mengapa jiwa perlu dipagari agar jangan mendapat gangguan. (more…)

Asta Bratha

Pemimpin sejati tak pernah mati. Ia melayani dalam kehidupan, untuk menjadi sebuah inspirasi setelah kematiannya.
“Semangat kepemimpinan” semacam ini mengacu pada semangat seorang ksatria – ka-pasitas, kemampuan dan yang paling penting, kemauan untuk melayani. Lelulur kita merumuskannya dalam Asta Brata “Delapan Pedoman Prilaku”, untuk di-kaji oleh semua pemimpin sekaligus pelayan.Mereka ibarat delapan kelopak bunga ter-atai, semuanya indah dan sama-sama penting. (more…)

Memaknai Catur Brata Penyepian Sebagai Tuntunan Pelaksanaan NYEPI

Sepengetahuan saya, perayaan hari raya Nyepi merupakan local genus (kearifan local) khususnya bagi umat Hindu di Indonesia. Mungkin saja di Negeri lain dapat kita temukan perayaan dengan esensi yang serupa, namun dengan tata cara yang berbeda. Karenanya sebagai umat Hindu kita patut merasa bangga karena kita umat Hindu telah mengambil bagian dalam upaya menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang telah ada di negeri ini sejak dahulu. Umat Hindu di negeri ini tidak melakukan adopsi secara mentah budaya-budaya dari luar seperti yang saat ini terjadi di negeri ini, Klo boleh saya katakan, “We Love our own culture”, sadar atau tidak sadar kita telah melakukannya. (more…)

Generasi Muda Hindu Dalam Menyikapi Era Globalisasi

Masa muda adalah masa-masa untuk menuntut ilmu. Dalam ajaran agama Hindu dikenal empat tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan ini, yaitu catur asrama. Salah satunya adalah tahapan dimana kita menuntut ilmu dalam rangka
mencari kebenaran/dharma (Brahmacari). Kebanyakan dari kita yang merupakan generasi muda masih berada dalam tahapan ini. Jika pada zaman lampau, seorang anak pada usia tertentumeninggalkan keluarganya untuk menuntut ilmu di bawah bimbingan seorang brahmana, maka pada zaman sekarang ini seorang anak meninggalkan keluarganya dalam rangka menuntut ilmu di bawah bimbingan sebuah institusi yang kita sebut Universitas/Perguruan tinggi. Nilai/esensi yang terkandung di dalamnya masih sama dan relevan hingga zaman ini, hanya saja cara dan medianya yang berubah. (more…)

Mencoba Memahami Rangkaian Perayaan Galungan

Rahinan sugihan merupakan awal dari rangkaian perayaan galungan dan kuningan.  Rahinan sugihan tersebut adalah sugihan jawa dan sugihan bali. Dari penelusuran saya dari beberapa artikel di internet, sugihan berarti pembersihan atau penyucian, dimana yang dimaksud dengan sugihan jawa adalah pembersihan atau penyucian terhadap bhuana agung (lingkungan sekitar; alam semesta; makrokosmos) dan sugihan bali adalah pembersihan atau penyucian terhadap bhuana alit (diri manusia; mikrokosmos). Jadi rahinan sugihan mengandung makna pembersihan / penyucian baik ke dalam diri maupun ke luar diri. (more…)